Kalkulus Vs Jomblo Akut [Cerbung Part 1]





“Jam berapa sih sekarang gor?” tanya Joni
Gue melirik ke arah arloji di tangan kiri, “Masih empat puluh lima menit lagi Jon”
“Yaelah… kapan siksa ini berakhir ya Tuhan” Joni menunduk lemas

Sekarang, tepat di ruang 14 ini, Gue dan Joni sedang sangat-sangat menderita. Ya, menderita! Menderita karena sebuah nama, kalkulus!!. Bagi Gue dan Joni, kalkulus lebih terdengar  seperti Voldemort di film Harry Potter. Gue emang gak bego-bego amat, hampir semua mata kuliah bisa gue pahami walaupun cuma secuil. Tapi untuk yang satu ini, sumpah gue angkat tangan. Apalagi si Joni. Dulu waktu SD, pelajaran menggambar aja doi nyontek. Gue yakin, sekarang di dalem hati Joni pasti lagi nyebutin semua isi kebun binatang.

Namun semua itu menghilang semenjak Negara api menyerang. Eh, maksud gue semenjak pak Robby, kepala jurusan sekaligus dosen pengampu mata kuliah kalkulus berhenti mengeluarkan istilah-istilah aneh dari mulutnya.

“Oke, karena saya harus mengikuti pertemuan dengan kepala yayasan, Saya beri kalian tugas yang harus kalian kerjakan” pak Robby kemudian mengambil spidol dan mulai menuliskan baris-baris soal di whiteboard yang masih menyisakan sisa-sisa tulisan yang tidak terhapus dengan bersih.


Keadaan kelas mendadak terbagi menjadi dua kubu. Sebagian memasang raut muka melas nan menyedihkan karena soal yang diberikan sungguh-sungguh menghancurkan jiwa raga dan sebagian lagi senyum-senyum mesem pertanda senang karena pak Robby yang terkenal sebagai salah satu spesies paling mematikan di kampus ini keluar kelas lebih cepat, termasuk Gue dan Joni.

“YES! Tuhan mendengar doa Gue” semangat Joni mendadak membara layaknya lutung yang dilemparin pisang.
“Ehm… Kamu jangan senang dulu Joni” seru pak Robby.

Joni kaget karena ternyata ucapannya terdengar oleh pak Robby, dia menunduk malu, sedangkan teman-teman yang lain menertawainya.

“Yang tidak mengerjakan akan saya proses minggu depan. Tugas ini kalian kumpulkan di akhir jam kuliah kepada asisten saya, Dea” tutur pak Robby sembari merapikan buku-buku materi yang berserakan di mejanya.

Pak Robby pun berjalan keluar kelas dengan menjinjing tas hitamnya. Kelas pun pecah dengan sorak sorai kubu yang kegirangan, walaupun mereka tahu masih ada tugas harus dikerjakan. Tugas yang bisa mempercepat penyempitan pembuluh darah di otak.

Kemudian dari kejauhan terlihat seorang perempuan berjalan di koridor menuju ke arah ruangan kami. Gue memperhatikan perempuan itu dengan seksama. Wajahnya manis, rambutnya yang ikal bergoyang seirama langkah kakinya. Dengan blazer merah dan jeans yang ia kenakan, tubuhnya bagaikan gelombang di laut lepas. Gelombang laut! Bukan gelombang Tsunami!

Gue melirik ke arah Joni dan menaik-naikkan alis sebagai kode menyuruh Joni untuk melihat apa yang Gue lihat. Joni pun mengangguk tanda paham. Joni mengarahkan pandangan ke arah luar pintu, dan kembali menatap Gue. Gue dan Joni saling memandang. Mata kami bertemu. Apakah Gue dan Joni telah saling jatuh cinta? Oh shit. Ya enggak lah, Gue normal!

“Assalamualaikum” terdengar suara dari mulut perempuan tersebut sembari mengetuk pintu.
“Waalaikumsalam!!” serentak seluruh isi ruangan menjawab.
Kemudian dia duduk di kursi yang berada di sudut ruangan.
“Saya Dea, asisten baru pak Robby. Bagaimana tugasnya? Ada yang kesulitan? Kalau susah silahkan bertanya, insyaallah saya bantu” sang asisten menawarkan bantuan.

Beberapa orang mengangkat tangan untuk bertanya. Sedangkan kami, Gue dan Joni masih saja melongo melihat Dea yang begitu sempurna di mata kami, walau kami tahu sempurna hanya milik Tuhan, Demian, dan Andra and The Backbone. Sempurnaaaa…

“Gor! Jantung gue Gor! Aahhh…” Joni mendesah.
“Muka lu Jon! Muka lu! Anjrit, mirip pantat monyet sumpah” konsentrasi Gue pecah karena melihat muka Joni yang merah banget. “Kenapa lu? Hahahahaha” Sumpah Gue gak bisa menahan tawa.
“Gor, dia Gor! Dia jodoh Gue” Joni menatap Gue dengan tajam.
Gue udah kenal sama Joni semenjak masih bocah. Gue tahu banget sifat Joni, dan Gue tahu gimana tuh anak kalo lagi becanda atau serius. Melihat mukanya yang sebelas dua belas sama ayakan tepung, Gue tahu sepertinya dia suka banget sama si Dea.
“Lu suka ama tuh asisten Jon?”
“Gor, lu inget Siska? Mantan Gue waktu SMA yang pindah ke Malaysia. Inget kan lu?”
“Iya inget. Kenapa emang?” Gue bingung
“Baru dua orang yang bisa bikin Gue deg deg ser Gor. Siska dan Dea! Gue gak bercanda Gor, Gue serius!”
“Bener firasat Gue!”
“Firasat apaan?”
“Firasat kalo lu masih gak sadar kalo lu muka kayak lu itu cuma cocok sama Putri” seru Gue ngeledek.

Sekedar Informasi, Putri adalah satu-satunya mahasiswi di kampus Gue  yang bobotnya kurang lebih sama seperti anak gajah. Putri sangat terkenal. Namanya selalu dipakai sebagai bahan ledekan. Kasian si Putri. Tapi ya mau gimana lagi, HIDUP ITU PERJUANGAN JENDRALL!!

Kembali ke Joni.
Ternyata si Joni beneran suka sama Dea. Dia memaksa supaya Gue mau bantuin dia buat deket  sama Dea. Awalnya Gue males, tapi mengingat keadaan Joni yang jomblo kronis dan doi adalah teman terbaik Gue, akhirnya Gue meng-iya-kan permintaan Joni.

“Oke semuanya, sudah jam dua belas. Sesuai permintaan pak Robby, harap tugasnya dikumpul kepada Saya sekarang!” ucapan Dea memecah obrolan Gue dan Joni.
“MAMPUS!! Gue belom ada ngerjain!!”

***


Simak kisah mereka selanjutnya : Klik di Sini

18 komentar:

  1. bro pandu dan jono yang keren, kalau sudah dapet nomer hapenya dea kirimin gw ya.

    Kita bersaing secara sehat, gw tertarik sama deskripsi dea yang tubuhnya bagaikan gelombang di laut lepas. Gelombang laut! Bukan gelombang Tsunami!.

    Keren pasti kayaknya, jangan lupa ya gan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kwkwkw... disitu tokoh "Gua" bukan pandu loh..
      mungkin belom detail..
      Namanya "Agor"..

      Agor ama Jono ini bakal jadi karakter utama dalam setiap judulnya..

      btw, thanks udah mampir..

      ntar kalo dah dapet pasti dikabari hahaha..

      Hapus
    2. Pokoknya siapapun, intinya saya minta nomernya Dea.

      Udah asisten dosen, cantik pula.
      hahahaha.

      Hapus
    3. wkwkwkkw..

      oke oke.. tunggu sisa yeee :P

      Hapus
  2. bacaan ngocol yang cukup inspiratif...
    bravo dah

    BalasHapus
  3. ayooo cepat buaaat kelanjutannya nduuu !!! penasaran :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. yeeh.. komennya jangan pake anonim dodol -_-

      insyaallah lagi garap :D

      Hapus
  4. cinta pun akhirnya membutakan kalkulus.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha... emang namanya cinta membutakan semua :D

      Hapus
  5. Apakah Mereka akan menjadi jagoan kalkulus di kelasnya ?

    Mari kita tunggu kelanjutannya ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. KALKULUS? APA ITU? AKU SIAPA? TAHUN BERAPA SEKARANG?

      Hapus
  6. kerren pak, sungguh, ane juga punya pengalaman dak mengenakkan sama mata kuliah yg ne :D

    saya selalu tunggu kelanjutannya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha.. jangan pak dong.. masih ABG ini haha..
      itu udah ada sambungannya.. insyaallah sampe kelar ceritanya.. di follow aje biar keliatan kalo update :P

      makasih udah mampir

      Hapus

Pembaca yang baik adalah pembaca yang meninggalkan jejak komentarnya :D